Translate This Blog Into Your Own Language

Google Search

Friday, August 24, 2018

Bagaimana Setan Mendakwa Kita?





Dalam wahyu 12 : 10 iblis digambarkan sebagai “pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.” Kata Ibrani untuk iblis yaitu Diabolos yang berarti pemfitnah, pendakwa palsu.” Pernyataan klasik tentang setan sebagai pendakwa palsu ditemukan dalam kitab Ayub ( 1 : 6-12; 2 : 1-5 ). Dan penglihatan yang dicatat dalam Zakharian 3 : 1-10. Setan berdiri di sebelah kanan Yesus untuk mendakwa Yosua. Allah tampaknya memberi hak istimewa ini sehingga kasih karunia-Nya bagi orang-orang berdosa makin besar.

Karena ia membenci mereka yang tidak percaya pada kebohongannya, setan mendakwa Kristus dan semua orang yang mengikuti-Nya. Karena ia menyangkal kebaikan ciptaan Allah, kita dapat mengerti ia akan menafsirkan dengan negatif tindakan iman dan ketaatan. Karena roh pendakwa setan dilipatgandakan melalui sifat kedagingan manusia, orang-orang Kristen yang taat akan menjadi sasaran dakwaan, baik dari dalam maupun luar diri ( Roma 7 : 13-25 ).

Iblis menularkan sifatnya kepada kita kepada mereka yang bergabung dengannya dalam hal meragukan kebaikan Allah. Orang yang menolak kebenaran dan menjadi “anak-anak iblis” menjadi begitu bengkok dan miring pikirannya sehingga tindakan terbaik pun dari umat Allah seringkali dipandang berakar dari kejahatan.

Kita melihat jejak kejatuhan manusia yang digambarkan dalam sikap orang-orang Farisi terhadap Yesus Kristus. Mereka menyebut anak Allah yang tidak berdosa ini pemabuk dan pelahap, teman orang-orang tak bermoral, pembangkang hukum, tukang tenun, pemberontak, an penghujat.

Setiap orang tak merasakan kekuatan kuasa pendakwa menyadari betapa tak berdayanya kita menahan godaan dan dakwaaannya dengan kekuatan kita sendiri. Kita bergitu berkompromi dengan dosa dan motivasi-motivasi yang tidak murni sehingga dapat dibingungkan, dilumpuhkan, dan bahkan didorong ke arah keputusasaan ketika kita terbuka tehadap serangan tanpa ampun baik daging maupun roh kita. Jika buka karena peran Kristus yang menyelamatkan dan melindungi, kita akan cepat kalah terhadap dakwaan-dakwaan musuh kita.

Petrus belajar dari hal ini dengan cara yang benar. Ketika kayakinan diri mendorongnya untuk menyatakan keinginan untuk hidup dan mati bagi Kristus, Tuhan memperingatkannya :
Simon, Simon, lihat iblis telah membuka pintu bagi kita untuk menampi kami seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu” (  Lukas 22 : 31-32 ).

Setelah tahu bahwa Petrus telah membuka pintu bagi iblis dengan keyakinan dirinya, Yesus memberitahu apa yang akan dilakukan iblis dan berjanji untuk campur tangan. Dakwaan-dakwaan iblis akan menampi Petrus seperti gandum, membingungkannya, membuatnya merasa tak bermoral, dan memisahkannya dari iman, seperti gandum dipisahkan dari sekam.
Petrus benar-benar kehilangan nyalinya dan ia menyangkali Tuhan tiga kali. Tetapi karena campur tangan Kristus, imannya tidak gugur. Inilah peringatan keras terhadap keyakinan diri. Dosa dan kegagalan membuat kita harus berdiri di depan Allah berdasarkan kebenaran Kristus ( Filipi 3 : 1-9 ; Titus 3-5 ), bukan dengan kebenaran kita sendiri.Kitaperlu campur tangan-Nya yang tidak palsu atau disasarkan pada motivasi yang tidak patut. Dia, hanya Dia sendiri, yang dapat berkata “Penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikitpun atasdiri-Ku” ( Yohanes 14 : 30 ).

Tuhan Yesus Memberkati

Bacaan Alkitab :    
Wahyu 12 : 10                 Roma 7: 13 - 25
Ayub 1 : 6-12; 2 : 1-5      Lukas 22 : 31-32      
Zakharia 3 : 1-10             Filipi 3 : 1-9
Titus 3 : 5                        Yohanes 14 : 30

Sumber :
Seri Mutiara Intan – Yayasan Gloria – 1998 
Yogyakarta – West Java
Indonesia

No comments:

Post a Comment