Translate This Blog Into Your Own Language

Google Search

Saturday, June 29, 2019

Tanda Saja Tak Cukup



Sutradara Film Woody Allen pernah berkata, “Andai saja Allah dapat memberi saya beberapa tanda yang jelas! Misalnya, Dia memasukkan deposito besar atas nama saya di Bank Swiss.”

Alasan-alasan yang diberikan orang yang tidak memepercayai Allah kerap kali dapat diringkas mejadi sesuatu yang mereka inginkan agar Allah lakukan demi membuktikan keberadaan-Nya. Sayangnya, dengan membuat daftar “hal-hal yang harus dilakukan” Allah, kita menjadi tidak dapat melihat bagitu banyak hal yang telah dilakukan-Nya bagi kita.

Bahkan, orang-orang yang tinggal di dekat Yesus dan menyaksikan berbagai mukjizat-Nya meminta lebih banyak bukti lagi. Saat membandingkan Yesus dengan Musa, mereka bertanya, “Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kamu melihatnya dan percaya kepada-Mu? Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis : Mereka diberi-Nya makan roti dari surga” ( Yohanes 6:30-31 ).
Yang membuat permintaan mereka mengejutkan ialah, baru sehari sebelumnya Yesus telah benar-benar memberi mereka roti. Ia memberi makan 5.000 orang dari mereka dengan roti yang dibawa seorang anak kecil untuk makan siangnya!

Seandainya kita menjadi Yesus, mungkin kita akan berkata, “Bagaimana dengan roti yang telah Kuberikan kepadamu untuk dimakan kemarin?” Akan tetapi, Yesus justru memakai kesempatan itu untuk mengajar mereka, “Aku adalah roti kehidupan” ( ­Yohanes 6:33 ).

Daripada menunggu dalam kebimbangan dan kekecewaan agar Allah melakukan sesuatu yang kita minta, pakailah waktu itu untuk memandang segala hal yang telah Allah lakukan bagi kita.

Tuhan Yesus Memberkati

Bacaan Alkitab :
Pengkhotbah 4 : 8-12

Sumber :
Buku Renungan Harian – Edisi Mei 2016

Monday, June 24, 2019

Tantangan Diri



Akibat tersengat listrik 20 ribu volt saat memperbaiki antena televisi di rumahnya, Philip Croizon harus rela kehilangan kedua kaki dan tangannya. Namun,kejadian tersebut tidak membuatnya kehilangan semangat hidup. Terlepas dari segala keterbatasan fisiknya, Croizon bertekad menunjukkan pada dunia bahwa ia masih dapat melakukan hal-hal besar. Salah satunya, ia ingin berenang sepanjang 22 mil melalui Terusan Inggris. Untuk itu, Croizon berlatih renang selama 30 jam per minggu di sebuah kolam guna melatih otot dan staminanya. Selama latihan ia terus didampingi oleh tim dokter khusus. “Ini adalah mimpi saya, dan saya pasti akan berusaha keras untuk mewujudkannya” kata Croizon seperti dilansir oleh surat khaba The Telegraph.

Kata “ketidaksempurnaan” tetap ada pada Croizon. Hal itu memang benar, karena keadaan fisiknya memang tidak sempurna setelah amputasi. Akan tetapi dalam arti yang lebih luas, kata “ketidaksempurnaan” sebenarnya berlaku juga bagi semua orang. Kita mungkin secara fisik terlihat sempurna, tetapi bagaimana dengan aspek kehidupan kita yang lainnya? Misalnya orang yang selalu bermasalah dengan emosinya, mudah marah, atau kurang dapat mengendalikan diri, dapat juga disebut sebagai orang yang tidak sempurna secara emosi. Namun jangan pernah menggunakan kekurangan yang kita miliki sebagai pembenaran untuk tidak melakukan hal-hal yang positif

Rasul Paulus adalah salah satu contoh orang yang menolak untuk menyerah pada ketidaksempurnaan yang disebutnya sebagai duri dalam dagingnya ( 2 Kor 12 : 7 ). Kesadaran itu muncul karena Paulus menyadari bahwa hidup adalah Kristus dan mati adalah sebuah keuntungan ( Fil 1 : 21 ). Dengan kata lain, apa pun keadaannya, ia harus menghasilkan buah atau memberikan suatu sumbangsih yang positif bagi orang-orang di sekitarnya.

Tuhan Yesus Memberkati

Bacaan Alkitab :
2 Kor 12 : 7
Fil 1 : 21

Sumber :
Buku Renungan Malam – Penerbit ANDI - Yogyakarta

Friday, June 21, 2019

Ketaatan Setiap Hari



Tiger Woods telah memenangkan banyak turnamen secara dramatis selama karirnya sebagai pegolf profesional. Namun, salah satu dari keberhasilannya yang terbesar boleh dikatakan tidak menarik perhatian sebab berkembang lambat selama 7 tahun. Selama kurun masa itu Tiger berhasil dalam 142 turnamen berturut-turut, melebihi semua pemain dalam sejarah olahraga golf di Amerika Serikat. Hal ini menunjukkan kekuatan dari komitmen, konsistensi, dan keyakinannya untuk pantang menyerah.

Ada peristiwa-peristiwa iman yang besar dalam hidup kita, tetapi pilihan-pilihan kita setiap hari untuk taat kepada Kristus mengungkapkan dengan baik kasih kita yang tak putus-putusnya kepada Dia. Mazmur 96, yang merupakan panggilan untuk bersaksi dan memuji Tuhan, berkata, “Menyanyilah bagi Tuhan, pujilah nama-Nya, khabarkanlah keselamatan yang daripada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya diantara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib diantara segala suku bangsa” ( Mazmur 96:2-3 ).

Apabila kita secara konsisten taat kepada Tuhan, kita akan menyatakan kasih dan kuasa-Nya setiap hari. Seiring berjalannya waktu, hidup dalam ketaatan setiap hari akan menjadi kesaksian yang luar biasa bagi Juru Selamat kita.

Tuhan Yesus Memberkati

Bacan Alkitab :
Mazmur 96:2-3

Sumber :
Buku Renungan Harian – Edisi Mei 2016

Tuesday, June 18, 2019

Naomi


Seorang bijak pernah berkata, “Jangan terlalu cepat menilai apakah sesuatu itu adalah kutuk atau berkat bagi kita”. Kisah seorang wanita yang bernama Naomi mengingatkan kita akan hal tersebut.


Nama Naomi berarti “kegembiraan saya”. Namun, ketika hal-hal buruk menimpanya, Naomi ingin mengganti namanya untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang ia alami. Setelah suami dan putra-putranya meninggal, Naomi menyimpulkan, “Tangan Tuhan teracung terhadapku!” ( Rut 1:13 ). Ketika orang-orang menyapanya, ia berkata, “Janganlah panggil aku Naomi, panggil aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku” ( Rut 1:20 ).

Naomi tidak menilai keadaannya berdasarkan aktifitasnya sebagai pengikut dan satu-satunya Allah yang sejati dan yang telah menyatakan kasih yang tak kunjung padam kepada bangsa-Nya. Ia justru melakukan hal yang cenderung dilakukan oleh sebagian besar dari kita. Ia menilai Allah berdasarkan keadaan yang ia alami. Dan ia salah menilai. Tangan Tuhan tidak teracung padanya. Kenyataannya, Naomi justru mendapat harta Allah yang belum ia temukan. Meskipun Naomi kehilangan suami dan kedua putranya, ia diberi sesuatu yang sama sekali tak diduganya yaitu seorang menantu perempuan yang setia dan seorang cucu yang akan menurunkan Juru Selamat.

Dari kisah hidup dan pengajaran Naomi, kita dapat melihat bahwa kadang-kadang hal terburuk yang menimpa kita dapat menjadi pintu bagi Allah untuk memberikan hal yang terbaik dalam hidup kita.

Tuhan Yesus Memberkati

Bacaan Alkitab :
Rut 1:13               Rut 1:20               Rut 4:13-22          
        
Sumber :
Buku Renungan Harian – Edisi Mei 2016

Monday, June 17, 2019

Warisan



Karienya sebagai pengarang berlangsung selama tiga puluh tahun, yakni dari pertengahan tahun 1960-an sampai pertengahan tahun 1990-an. Ia menulis 12 buku dan menerima 16 penghargaan Doktor Honoris Causa. Namun, tiga bulan sebelum meninggak karena kanker pada tahun 1996, seorang yang terkenal humoris, Erma Bombeck, berkata kepada seorang pewawancara dari TV ABC bahwa berapapun jumlah artikel yang ditulisnya, warisan terbaiknya adalah ketiga anaknya. “Apabila saya tidak dapat membesarkan mereka dengan baik, “katanya, “maka setiap hal yang saya lakukan tidaklah penting.”

Bombeck memiliki kekayaan dan kemasyuran serta digemari oleh jutaan pembacanya. Akan tetapi, ia sadar bahwa prioritas utamanya ialah merawat anak-anaknya.
Meskipun tidak ada orangtua yang dapat menjamin bahwa anaknya akan menjadi penduduk teladan yang beriman, sebagai orantua kita harus berusahan memiliki sikap seperti Erma. Motivasi kita ialah memenuhi kebutuhan jiwa, raga, dan emosi anak-anak kita. Merkalah warisan kita.

Ini berarti kita harus memperkenalkan mereka kepada Sang Juru Selamat, menyediakan bimbingan rohani ( Mazmur 34:12-15 ), berdoa bagi mereka, dan mendorong mereka untuk menemukan para pembimbing bijak yang dapat menolong mereka dalam menjalani hidup kristiani yang saleh.

Ya, ini merupakan sebuah perjuangan yang berat. Kerap kali bahkan sangat menyita banyak waktu dan menuntut banyak pengorbanan.Namun, nilai seorang anak jauh melebihi semuanya.

Tuhan Yesus Memberkati

Bacaan Alkitab :
Mazmur 34:12-15

Sumber :
Buku Renungan Harian – Edisi Mei 2016

Friday, June 14, 2019

Saling Memperhatikan



Ibrani 10 : 24-25 : Dan marilah saling mempertahatikan supaya kita mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang tetapi marilah kita saling menasihati dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

Pada suatu hari Yesus turun dari bukit, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, kemudian datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya lalu sujud menyembah Dia dan berkata “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat menahirkan aku “. Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya menjamah orang itu dan berkata : “Aku mau jadikan engkau tahir”. Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya. 

Dengan kondisi yang sedang letih, sibuk dan banyak pekerjaan datang, seseorang minta untuk dilayani. Yesus masih tetap mau melayani orang sakit kusta itu. Dia tetap mengasihi jiwa-jiwa yang meminta pertolongan. Yesus tidak egois dengan keadaan diri-Nya melainkan memberi diri untuk menjawab kebutuhan orang yang memerlukan perhatian-Nya.

Hari-hari ini mungkin keadaan saudara orang yang super sibuk dimana tuntutan pekerjaan atau studi, target dunia kerja, tugas-tugas sekolah dan kampus, kebutuhan hidup yang harus dipenuhi, keluarga yang harus diperhatikan, ditambah lagi dengan pelayanan ( persekutuan, PA, persiapan untuk ibadah raya, rapat evaluasi, dll ) yang tidak sedikit meminta waktu dan ini dilakukan setiap hari atau setiap minggu, yang membawa seseorang menjadi tidak bisa menambah waktu lagi ketika ada jiwa baru yang meminta pertolongn kepada kita, ada jemaat yang minta untuk dikunjungi, ada jemaat baru di ibadah untuk di follow up bahkan mungkin penginjilan sudah lama tidak dilakukan.

Jemaat Tuhan, kita mau belajar dari kehidupan Yesus Kristus yang tetap mau memberi diri untuk memperhatikan orang yang sedang dalam keadaan terdesak membutuhkan pertolongan-Nya. Dia masih mau meluangkan waktu-Nya untuk melayani orang sakit. Dalam kepadatan kegiatan kita, masih adakah waktu untuk memperhatikan orang lain, mau mendengar keluh kesah seseorang bahkan dengan sabar mendengarkan perkataan-perkataan yang kadang memancing kemarahan?

Dalam gerja, kita tidak bisa seperti Kain, ketika ditanya Tuhan mana adikmu, Habel menjawabnya : “ Aku tidak tahu apakah aku penjaga adikku? “. Sebagai satu keluarga seharusnya kita saling menjaga dan saling memperhatikan saudara kita, jangan dibiarkan kalau ada yang sedang mengalami kesulitan dan penderitaan.

Marilah kita saling memperhatikan satu sama lain, mau memberikan waktu dan peduli terhadap saudara kita yang lain yang sedang membutuhkan perhatian, nasehat, dan arahan kita. Ini merupakan sebuah kesempatan untuk mengembangkan kasih karunia yang Tuhan berikan kepada kita.

Tuhan Yesus Memberkati

Bacaan Alkitab :
Ibrani 10 : 24-25

Sumber :
Buletin Taat
Gereja Kristen Kemah Daud
Bandung Pusat

Tuesday, June 11, 2019

Perhatikanlah Peringatan



Beberapa bulan setelah terjadi gelombang Tsunami Asia yang sangat merusak di bulan Desember 2004, muncul sebuah kisah mngagumkan tentang penduduk Pulau Simuelue yang selamat dari bencana Tsunami tersebut. Pulau itu adalah daratan berpenduduk yang paling dekat dengan pusat gempa.

Sebuah berita melaporkan bahwa dari seluruh penduduk pulau terpencil indonesia yang berjumlah 75.000 jiwa itu, hanya 7 orang yang meninggal ketika terjadi gelombang Tsunami setinggi 9 meter yang melanda pulau tersebut setengah jam setelah terjadi gempa bumi. Selama puluhan tahun, penduduk itu telah mendengar kisah yang diceritakan nenek moyang mereka tentang gelombang-gelombang laut raksasa yang telah membinasakan ribuan orang di pulau tersebut pada tahun 1907. Jadi saat tanah di tempat tinggal mereka berguncang dan air laut surut dari pantai, para penduduk mulai teringat dengan peringatan dari nenek moyang mereka dan melarikan diri ke dataran yang lebih tinggi untuk menyelamatkan diri dari bencana gelombang Tzunami yang dahsyat.

1 Korintus 10 menggambarkan bencana rohani yang dapat kita hindari. Setelah rakyat israel dibebaskan dari perbudakan di Mesir, mereka selalu berpaling dari Tuhan. Paulus mengutarakan legi kelemahan mereka yang selalu terulang dan akibat-akibat yang mencelakakan mereka dengan menulis : “Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita....dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita” ( 1 Korintus 10 : 6 ). Kegagalan mereka dicatat agar kita dapat terhindar dari bencana yang akan terjadi bila kita tidak taat.

Apabila ada tanda-tanda yang memperingatkan hidup kita hari ini, itu berarti sudah saatnya kita lari meninggalkan dosa yang akan membinasakan diri kita dan menuju tempat yang lebih tinggi untuk memperoleh berkat pengampunan dari Tuhan. Ingatlah selalu bahwa dengan memperhatikan peringatan Tuhan, maka kita akan terhindar dari bencana.

Tuhan Yesus Memberkati

Bacaan Alkitab :
1 Korintus 10 : 5 – 11

Sumber :
Buku Renungan Harian - Edisi Bulan Mei 2016