Ketika
kekeringan merupakan hukuman dari Tuhan melanda tanah Israel, bayangan akan
kematian nampak dimana-mana. Bahkan sungai Kerit yang sebelumnya digunakan
sebagai tempat perlindungan Elia pun menjadi kering. Dari situ dapat
dibayangkan betapa dshsyatnya kekeringan tersebut. Namun semuanya itu tidak
membuat rasa kasih menghilang dari hati seorang janda yang ditemui Elia di
pintu gerbang kota Sarfat. Meski tengah kelaparan dan terancam kematian, ia
tetap memberikan apa yang diminta Elia dari padanya. Itulah awal dari
pertolongan Tuhan yang membuatnya mampu bertahan melalui masa kekeringan yang
berat.
Kita
mungkin akan bertanya-tanya, siapakah janda tersebut sehingga Tuhan
mengindahkannya? Alkitab memang tidak menjelaskan jati diri janda tersebut,
tetapi bahwa Tuhan telah memerintahkannya memberi makan Elia dan ia
melakukannya, itu menunjukkan bahwa janda tersebut adalah orang yang hidup
benar di hadapan Tuhan. “Tuhan tidak
membiarkan orang benar menderita kelaparan”...( Amsal 10 : 3 ).
Dari kehidupan
si janda Sarfat, kita diingatkan dua hal penting. Pertama, hidup benar di
hadapan Tuhan tidak membuat kita kebal dari masalah kehidupan. Namun
demikian, berbahagialah kita karena penyertaan dan pembelaan Tuhan ada bersama
dengan kita. Inilah yang membedakan kita dengan orang-orang yang tidak mengenal
Tuhan. Kedua, tetaplah percaya kepada Tuhan meski tengah ada dalam kesukaran. Inilah
sikap yang paling bijaksana sekaligus paling sukar untuk dilakukan. Akan
tetapi, berbahagialah orang yang mau melakukannya,
karena ia akan melihat pertolongan Tuhan nyata atas hidupnya. “Sesungguhnya tangan Tuhan tidak kurang
panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-NYA tidak kurang untuk mendengar” (
Yes 59 : 1 ).
Itulah yang dilakukan sang janda, ia menaati perintah Tuhan
memberi makan Elia makanan dan akhirnya mengalami mukjizat yang menyelamatkan
hidupnya.
Tuhan
Jesus Memberkati
Bacaan Alkitab :
Amsal
10 : 3
Yes
59 : 1
Sumber
:
Buku Renungan Malam –
Penerbit ANDI - Yogyakarta
No comments:
Post a Comment