Translate This Blog Into Your Own Language

Google Search

Saturday, August 18, 2018

Bagaimana Kita Tahu Bahwa Setan Itu Ada ?




Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi tidak pernah berhasil dalam menenukan setan. Peralatannya tidak akan pernah bisa mengukur atau membuktikan kenyataan adanya makhluk-makhluk spiritual. Roh jahat diketahui melalui cara-cara lain.


M. Scott Peck, seorang yang baru saja percaya adanya iblis, mengatakan bahwa ia menjadi sadar akan dimensi spiritual kehidupan bukan melalui penyelidikan secara ilmiah, tetapi melalui pergulatan dengan kenyataan adanya roh jahat dalam hidup pasien-pasiennya. Ia menulis :

Saya tidak berharap untuk meyakinkan pembaca tentang adanya setan. Petobat baru dalam Allah biasanya menuntut adanya kontak langsung, pengalaman pribadi dengan Allah yang hidup. Demikian pula dengan orang-orang yang baru percaya dengan adanya setan.

(The People of the Lie, Simon & Schuster, halaman 184)   
          

Banyak orang yang bersikeras hanya percaya kepada apa yang dapat dibuktikan secara ilmiah, tidak pernah mengira betapa tidak konsistennya mereka. Hal-hal terpenting dalam kehidupan kita bukanlah hal-hal yang dapat dibuktikan atau tidak secara ilmiah. Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi tidak dapat membuktikan bahwa kasih terhadap keluarga dapat meyakinkan kita tentang kesahihan emosi dalam merespon musik yang merdu atau berjalan melalui sebuah tempat dengan pemandangan alam yang indah. Dibalik semua itu, Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi tidak dapat memberi standar mutlak tentang nilai atau moral.


Jelaslah bahwa banyak hal yang tidak dapat diuji, diukur, dievaluasi, atau disangkal oleh Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi. Kenyataan mengenai banyak dimensi atau tingkatan-tingkatan yang melampaui Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi dan harus dipahami dengan cara yang berbeda. Cara sederhana untuk memahami tingkatan-tingkatan dalam kenyataan tersebut adalah dengan berpikir secara Alkitabiah dan bukan secara ilmiah melalui Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi.


Seperti tampak pada penjelasan diatas, hal-hal yang paling berarti tidak dapat diselidiki oleh Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi sama sekali. Oleh karena itu, orang Kristen tidak perlu malu dengan kenyataan bahwa ia memohon hikmat dari Alkitab dan bukan dari Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi sebagai dasar terakhir bagi apa yang ia percayai tentang setan.


Alkitab sarat dengan petunjuk tentang iblis sehingga tidakmungkin memegang teguh iman Kristen tanpa menerima kenyataan adanya setan. Keberadaannya diajarkan dalam tujuh kitab Perjanjian Lama ( Kejadian, I Tawarikh, Ayub, Mazmur, Yesaya, Yehezkiel, dan Zakharia ). Hal ini diteguhkan oleh setiap penulis Perjanjian Baru. Yesus dengan jelas percaya akan keberadaan personal iblis. Kenyataannya 25 dari 29 pasal yang menunjuk pada setan dalam kitab injil. Kristuslah yang berbicara. Jika ajaran dasar alkitabiah seperti itu ditolak karena dianggap sebagai takhyul yang kadaluwarsa, maka kita memiliki alasan untuk memeprtanyakan otoritas Alkitab dalam segala hal yang dikatakannya.


Tuhan Yesus Memberkati



Bacaan Alkitab :    

Matius 4 : 1-11

Matius 13 : 39

Lukas 10 : 18

Lukas 11 : 18



Sumber :

Seri Mutiara Intan – Yayasan Gloria – 1998  

Yogyakarta – West Java

Indonesia



No comments:

Post a Comment