Ketika
sepasang suami dan isteri mengalami kejenuhan dalam perjalanan pernikahan
mereka yang dirasakan tidak membuahkan masa depan yang cerah, maka tunduk atau
tandukkah yang akan muncul dalam diri seorang isteri? Setelah menikah dan
berusaha untuk bertahan selama bertahun-tahun menjadi isteri yang beriman pada
Tuhan dan tunduk kepada suami, ternyata menghadapi berbagai problem yang
dibuahkan karena kesalahan dan kebodohan dari sang suami. Dengan kondisi yang
demikian, masihkah seorang isteri dapat tetap tunduk dan tidak menunduk
suaminya yang bodoh dan egois tersebut?
Perjalanan
iman dari keluarga Sara dan Abraham dimulai ketika Tuhan memanggil Abraham
untuk keluar dari kora metropolis Ur yang terletak dekat garis pantai teluk
Persia, bersama Terah ayahnya, Sarai dan istri dan Lot keponakannya. Setengah
perjalanan, Terah tidak memilih menetap di Haran, mungkin karena kesehatannya
atau juga ketakutan. Terah tidak mau melanjutkan perjalanannya sesuai panggilan
Tuhan, untuk meninggalkan Ur yang penuh dengan penyembahan berhala untuk
menjadi umat yang mengenal dan menyembah Tuhan yang hidup. Darimanakah Abraham
mempunyai keberanian untuk memenuhi panggilan Tuhan, tentu karena ada Sara,
isterinya yang mendampingi perjalanan imannya.
Pada
jaman dahulu, pindah bukanlah hal yang menyenangkan, apalagi hanya dengan
menggunakan transportasi keledai dan unta, juga tidak tahu kemana tempat dan
tujuannya. Tapi dengan imannya yang kuat, Abraham memilih untuk taat pada
peritah Tuhan, dia berakgkat dengan tidak mengetahui kota yang akan ditujunya (
Ibrani 11 : 8 ). Iman Sara tidak ditulis dalam ayat tersebut, tetapi iman Sara
hadir disana. Bahkan dibandingkan dengan pria, lebih sulit bagi seorang wanita
untuk tidak mengeahui masa depan yang pasti. Sara beriman bahwa Tuhan akan
memapukan dia melewati perjalanan berati ini dan Tuhan akan menunjukkan jalan
kepada suaminya negeri yang akan dipipih-Nya bagi mereka.
Iman
dan ketaatan barulah teruji setelah melewati sebuah tantangan. Begitu masuk ke
negeri Kanaan, tantangan menghadang. Di tanah perjanjian itu sedang terjadi
bencana kelaparan. Abrahan memutuskan meninggalkan negeri perjanjian itu dan
lari ke Mesir ( Kejadian 12 : 10 ). Apakah Abraham mengkonsultasikan keputusan
ini dengan Sara? Apakah Abraham meminta pertimbangan dari Sara? Mungkin Sara
memberi saran untuk tidak mengambil keputusan yang bodoh ini. Tetapi suami
kadang bergerak dengan rencananya sendiri dan menolak meminta nasehat dari
isteri karena merasa sebagai kepala keluarga memiliki hak prerogatip. Suami
yang egois dan berpikiran sempit kadang takut jika memberi tempat untuk
pendapat isteri. Keputusan sepihak tanpa mendengar dan meminta persetujuan dari
Sara, mungkin bisa saja terjadi dan Sara tetap harus tunduk dan menerima akibat
dari keputusan itu.
Apakah
Sara tetap tunduk ketika tahu bahwa suaminya membuat sebuah keputusan yang
salah? Ujian totalitas ketaatan seorang isteri muncul ketika ia tahu bahwa
suaminya telah berbuat salah dan ia masih tetap tunduk. Abraham dua kali
membuat skema yang salah dengan menyuruh isterinya setengah berbohong, pada
waktu Abraham takut terancam nyawanya karena memiliki isteri yang cantik.
Logika terbalik Abraham sebagai seorang kepala rumah tangga adalah “Sarah harus
mengaku sebagai seorang adik dan bukan sebagai seorang isteri, agar dirinya
tidak dibunuh oleh penguasa asing yang ingin memiliki isterinya” ( Kejadian 12
: 11-13 dan 20 : 2 ). Sara memang adik tiri Abraham ( Kejadian 20 : 12 ) yang
pada zaman itu diizinkan untuk menjadi isteri. Bagi Tuhan setengah berbohong
adalah sama dengan berbohong dan itu merupakan sebuah dosa. Tuhan yang akan
menyingkapkan kebohongan itu dan Tuhan
yang akan bertindak untuk melindungi Sara.
Inikah
arti tunduk kepada suami, sekalipun suami salah isteri haruslah menurutinya? Tentu
tidak demikian, isteri harus punya batasan ketaatan yaitu “Harus lebih taat
kepada Tuhan daripada kepada manusia”, namun bukan berarti isteri harus
menanduk suami pada saat ditemukan kesalahannya. Pada saat Abraham tak mampu
memberikan solusi yang benar untuk mengatasi masalah mereka, Sara belajar
beriman bahwa Misi Tuhan akan menjadikan keturunan Abraham menjadi banyak
seperti pasir di lautan tetap akan digenapi. Sara percaya, Tuhan mampu
menggenapi dan mungkin tidak harus lewat dia yang jelas-jelas mandul. Tuhan
mungkin memakai wanita lain, bukan dirinya untuk menggenapi janji-Nya kepada
Abraham.
Saya
memandang Abraham adalah tuan yang lewat kebijakannya misi Tuhan akan tegenapi.
Suaminya harus hidup dan menghasilkan banyak keturunan, sebagai isteri dia
harus menolong misi ini digenali dalam diri suaminya, Sang Tuan. Meskipun sakit
hati dan merasa tersisih karena suami melepas dirinya yang mandul, Sara tidak
menanduk. Dia tetap tunduk sebagai seorang isteri yang beriman pada janji
Tuhan. Jadi disini Sara tidak mengajarkan ketaatan yang bodoh, tapi mengajarkan
iman dan ketaatan yang teruji secara total.
Akhirnya
Tuhan melindungi dan menepati janji-Nya bukan lewat wanita lain tetapi lewat
Sara, seorang isteri yang beriman dan tetap tunduk sekalipun melewati ujian
yang sangat sulit sekalipun. Jika wanita tahu bahwa isteri haruslah tunduk
secara total kepada suami, maka carilah seorang suami yang tunduk total kepada
Tuhan.
Tuhan Yesus Memberkati
Bacaan Alkitab :
Ibrani
11 : 8
Kejadian
12 : 10
Kejadian
12 : 11-13
Kejadian
20 : 2
Kejadian
20 : 12
loading...
No comments:
Post a Comment