Translate This Blog Into Your Own Language

Google Search

Monday, September 17, 2018

Tunduk Atau Tandukkah?




Ketika sepasang suami dan isteri mengalami kejenuhan dalam perjalanan pernikahan mereka yang dirasakan tidak membuahkan masa depan yang cerah, maka tunduk atau tandukkah yang akan muncul dalam diri seorang isteri? Setelah menikah dan berusaha untuk bertahan selama bertahun-tahun menjadi isteri yang beriman pada Tuhan dan tunduk kepada suami, ternyata menghadapi berbagai problem yang dibuahkan karena kesalahan dan kebodohan dari sang suami. Dengan kondisi yang demikian, masihkah seorang isteri dapat tetap tunduk dan tidak menunduk suaminya yang bodoh dan egois tersebut?

Perjalanan iman dari keluarga Sara dan Abraham dimulai ketika Tuhan memanggil Abraham untuk keluar dari kora metropolis Ur yang terletak dekat garis pantai teluk Persia, bersama Terah ayahnya, Sarai dan istri dan Lot keponakannya. Setengah perjalanan, Terah tidak memilih menetap di Haran, mungkin karena kesehatannya atau juga ketakutan. Terah tidak mau melanjutkan perjalanannya sesuai panggilan Tuhan, untuk meninggalkan Ur yang penuh dengan penyembahan berhala untuk menjadi umat yang mengenal dan menyembah Tuhan yang hidup. Darimanakah Abraham mempunyai keberanian untuk memenuhi panggilan Tuhan, tentu karena ada Sara, isterinya yang mendampingi perjalanan imannya.

Pada jaman dahulu, pindah bukanlah hal yang menyenangkan, apalagi hanya dengan menggunakan transportasi keledai dan unta, juga tidak tahu kemana tempat dan tujuannya. Tapi dengan imannya yang kuat, Abraham memilih untuk taat pada peritah Tuhan, dia berakgkat dengan tidak mengetahui kota yang akan ditujunya ( Ibrani 11 : 8 ). Iman Sara tidak ditulis dalam ayat tersebut, tetapi iman Sara hadir disana. Bahkan dibandingkan dengan pria, lebih sulit bagi seorang wanita untuk tidak mengeahui masa depan yang pasti. Sara beriman bahwa Tuhan akan memapukan dia melewati perjalanan berati ini dan Tuhan akan menunjukkan jalan kepada suaminya negeri yang akan dipipih-Nya bagi mereka.

Iman dan ketaatan barulah teruji setelah melewati sebuah tantangan. Begitu masuk ke negeri Kanaan, tantangan menghadang. Di tanah perjanjian itu sedang terjadi bencana kelaparan. Abrahan memutuskan meninggalkan negeri perjanjian itu dan lari ke Mesir ( Kejadian 12 : 10 ). Apakah Abraham mengkonsultasikan keputusan ini dengan Sara? Apakah Abraham meminta pertimbangan dari Sara? Mungkin Sara memberi saran untuk tidak mengambil keputusan yang bodoh ini. Tetapi suami kadang bergerak dengan rencananya sendiri dan menolak meminta nasehat dari isteri karena merasa sebagai kepala keluarga memiliki hak prerogatip. Suami yang egois dan berpikiran sempit kadang takut jika memberi tempat untuk pendapat isteri. Keputusan sepihak tanpa mendengar dan meminta persetujuan dari Sara, mungkin bisa saja terjadi dan Sara tetap harus tunduk dan menerima akibat dari keputusan itu.

Apakah Sara tetap tunduk ketika tahu bahwa suaminya membuat sebuah keputusan yang salah? Ujian totalitas ketaatan seorang isteri muncul ketika ia tahu bahwa suaminya telah berbuat salah dan ia masih tetap tunduk. Abraham dua kali membuat skema yang salah dengan menyuruh isterinya setengah berbohong, pada waktu Abraham takut terancam nyawanya karena memiliki isteri yang cantik. Logika terbalik Abraham sebagai seorang kepala rumah tangga adalah “Sarah harus mengaku sebagai seorang adik dan bukan sebagai seorang isteri, agar dirinya tidak dibunuh oleh penguasa asing yang ingin memiliki isterinya” ( Kejadian 12 : 11-13 dan 20 : 2 ). Sara memang adik tiri Abraham ( Kejadian 20 : 12 ) yang pada zaman itu diizinkan untuk menjadi isteri. Bagi Tuhan setengah berbohong adalah sama dengan berbohong dan itu merupakan sebuah dosa. Tuhan yang akan menyingkapkan kebohongan itu  dan Tuhan yang akan bertindak untuk melindungi Sara.

Inikah arti tunduk kepada suami, sekalipun suami salah isteri haruslah menurutinya? Tentu tidak demikian, isteri harus punya batasan ketaatan yaitu “Harus lebih taat kepada Tuhan daripada kepada manusia”, namun bukan berarti isteri harus menanduk suami pada saat ditemukan kesalahannya. Pada saat Abraham tak mampu memberikan solusi yang benar untuk mengatasi masalah mereka, Sara belajar beriman bahwa Misi Tuhan akan menjadikan keturunan Abraham menjadi banyak seperti pasir di lautan tetap akan digenapi. Sara percaya, Tuhan mampu menggenapi dan mungkin tidak harus lewat dia yang jelas-jelas mandul. Tuhan mungkin memakai wanita lain, bukan dirinya untuk menggenapi janji-Nya kepada Abraham.

Saya memandang Abraham adalah tuan yang lewat kebijakannya misi Tuhan akan tegenapi. Suaminya harus hidup dan menghasilkan banyak keturunan, sebagai isteri dia harus menolong misi ini digenali dalam diri suaminya, Sang Tuan. Meskipun sakit hati dan merasa tersisih karena suami melepas dirinya yang mandul, Sara tidak menanduk. Dia tetap tunduk sebagai seorang isteri yang beriman pada janji Tuhan. Jadi disini Sara tidak mengajarkan ketaatan yang bodoh, tapi mengajarkan iman dan ketaatan yang teruji secara total.

Akhirnya Tuhan melindungi dan menepati janji-Nya bukan lewat wanita lain tetapi lewat Sara, seorang isteri yang beriman dan tetap tunduk sekalipun melewati ujian yang sangat sulit sekalipun. Jika wanita tahu bahwa isteri haruslah tunduk secara total kepada suami, maka carilah seorang suami yang tunduk total kepada Tuhan.

Tuhan Yesus Memberkati




Bacaan Alkitab :
Ibrani 11 : 8
Kejadian 12 : 10
Kejadian 12 : 11-13
Kejadian 20 : 2
Kejadian 20 : 12




loading...



No comments:

Post a Comment