Ketika seorang redaktur sebuah surat
kabar mendengar bahwa seorang yang bernama Alfred Nobel meninggal dunia, maka
ia menyangka almarhum adalah Nobel si penemu dinamit. Karena itu sang redaktur
menerbitkan obitruari yang berjudul “Nobel si pedagang kematian”.
Ketika Nobel si penemu dinamit
membaca berita tentang kematiannya sendiri, ia bereaksi seperti seorang buta
yang tiba-tiba dapat melihat kembali. Maka, sejak hari itu Nobel mulai
mencurahkan dirinya untuk perkara-perkara kemanusiaan, terutama untuk
perdamaian.
Saulus dari Tansus mengalami
perubahan yang jauh lebih drastis daripada Nobel. Dalam perjalanannya ke
Damsyik untuk menangkap dan membantai para pengikut Yesus, Saulus bertemu
dengan Tuhan sendiri. Setelah buta secara rohani selama beberapa waktu, oleh
karena pertemuan itu Saulus menyerahkan sisa hidupnya untuk melayani Tuhan yang
dulu dikejar-kejarnya. Musuh Yesus itu akhirnya menjadi seorang rasul yang
berbakti kepada-Nya ( Kisah Para Rasul 9 : 15 – 16 ).
Pengalaman kita sendiri mungkin tidak
bergitu menggemparkan. Namun kita harus bertanya kepada diri kita sendiri
apakah kita sudah berjumpa dengan Sang Juru Selamat, yaitu Dia yang telah
mengubah arah hidup kita?
Apakah anda belum mengalaminya?
Bukalah Yohanes 3 dan bacalah perkataan Yesus mengenai kelahiran kembali. Lalu,
dengan doa yang sederhana yang berisi penyesalan dosa, bukalah hati anda
kepada-Nya. Komitmen yang jujur kepada Tuhan akan membawa anda untuk memasuki
hubungan yang baru dengan Dia, hubungan yang abadi. Ingatlah bahwa keselamatan
tidak hanya sekedar memutus kebiasaan buruk saja, tetapi juga dalam membentuk
karakter yang baik.
Tuhan Yesus Memberkati
Bacaan Alkitab :
Kisah Para Rasul 9 : 15 – 16
Yohanes 3
Sumber :
Buku Renungan Harian edisi bulan Mei
2016
No comments:
Post a Comment